Kamis, 14 Maret 2019

JEMBATAN


1. Syarat-syarat perencanaan jembatan yang layak
1. Keadaan Batas Ultimit
Adalah aksi yang diberikan pada jembatan yang menyebab-kan sebuah jembatan menjadi tidak aman. Keadaan Batas ultimit terdiri dari :
a. Kehilangan keseimbangan statis
b. Kerusakan sebagian jembatan
c. Keadaan purna-elastis atau purna-tekuk dimana satu bagian jembatan atau lebih    mencapai kondisi runtuh
d. Kehancuran dari bahan fondasi yang menyebabkan pergerakan yang berlebihan atau kehancuran bagian utama jembatan

2. Keadaan Batas Daya Layan
Keadaan Batas Daya Layan akan tercapai jika reaksi jembatan sampai pada suatu nilai, sehingga :
a. Tidak layak pakai
b. Kekhawatiran umum terhadap keamanan
c. Pengurangan kekuatan
d. Pengurangan umur pelayanan

3. Umur rencana
Umur rencana jembatan diperkirakan 50 tahun, kecuali :
a. Jembatan sementara 20 tahun
b. Jembatan khusus 100 tahun

4. Persyaratan pilar dan kepala jembatan
a. Gangguan terhadap jalannya air terbatas/seminimal mungkin
b. Menghindarkan tersangkutnya benda hanyutan
c. Memperkecil rintangan bagi pelayaran
d. Letak diusahakan sedapat mungkin sejajar dengan aliran arus banjir

5. Ruang bebas vertikal
Paling sedikit 1,0 m antara titik paling rendah bangunan atas jembatan dan tinggi muka air banjir rencana pada keadaan batas ultimit.

6. Perkiraan banjir rencana
a. Tinggi muka air banjir sesuai dengan debit banjir rencana
b. Untuk perhitungan gerusan, muka air harus merupakan banjir rencana terendah       sesuai banjir rencana
c. Untuk perhitungan arus balik, muka air harus merupakan banjir tertinggi sesuai banjir rencana

7. Persyaratan tahan gempa
Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam perencanaan tahan gempa :
a. Resiko gerakan-gerakan
b. Reaksi tanah terhadap gempa di lapangan
c. Sifat reaksi dinamis dari seluruh struktur

8. Pokok-pokok perencanaan
Kriteria umum
a. Kekuatan unsur struktural dan stabilitas keseluruhan
b. Kelayanan struktural
c. Keawetan Kemudahan konstruksi
d. Ekonomis dapat diterima
f.  Bentuk estetika

2. peraturan-peraturan legal dalam perencanaan jembatan
a. Pokok-pokok perencanaan
Perencanaan jembatan dapat dilakukan menggunakan dua pendekatan dasar untuk menjamin keamanan struktural yang diijinkan, yaitu Rencana Tegangan Kerja (WSD) dan Rencana Keadaan Batas (Limit State). Struktur jembatan yang berfungsi paling tepat untuk suatu lokasi tertentu adalah yang paling baik memenuhi pokok-pokok perencanaan berikut ini:
1. Kekuatan dan stabilitas struktur
2. Kenyamanan bagi pengguna jembatan
3. Ekonomis
4. Keawetan dan kelayakan jangka panjang
5. Kemudahan pemeliharaan
6. Estetika
7. Dampak lingkungan pada tingkat yang wajar dan cenderung minimal
Untuk memenuhi pokok-pokok perencanaan tersebut, persyaratan dalam perencanaan harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan Peraturan perencanaan Jembatan BMS ’92 sebagai berikut:
1. Persyaratan umum perencanaan
2. Persyaratan Analisa Struktur
3. Persyaratan Perencanaan Pondasi
4. Persyaratan Perencanaan Elemen Struktur Jembatan
 Agar tingkat standar kualitas perencanaan tertentu sesuai persyaratan dapat dicapai, maka panduan atau Manual Perencanaan Jembatan (Bridge Design Manual) BMS ’92 harus menjadi pegangan dalam menetapkan
1. Metodologi Perencanaan
2. Pemilihan dan Perencanaan Struktur Jembatan
3. Perencanaan Elemen Struktur Jembatan
4. Perencanaan Pondasi, Dinding Penahan Tanah dan Slope Protection
5. Dan lain sebagainya

b. Kriteria Perencanaan
1. Peraturan-peraturan yang dipergunakan
2. Mutu material yang dipergunakan
3. Metode dan asumsi pada perhitungan
4. Metode dan asumsi dalam penentuan pemilihan type struktur atas, struktur bawah dan pondasi
5. Metode pengumpulan data lapangan
6. Program komputer yang dipergunakan dan validasi kehandalan yang dinyatakan dalam bentuk bench mark terhadap contoh studi
7. Metode pengujian pondasi

c. Peraturan yang digunakan
1. Perencanaan struktur jembatan harus mengacu kepada
a. Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92
b. Manual Perencanaan Jembatan (Bridge Design Manual) BMS ’92
c. peraturan lain yang relevan dan disetujui oleh pemberi tugas, antara lain:
- Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan, SNI (Design Standard of Earthquake Resistance of Bridges)
 - Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya (SK.SNI T-14-1990-0.3)
- Pembebanan untuk Jembatan RSNI 4
- Peraturan Struktur Beton untuk Jembatan, RSNI
- Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan, ASNJ4
2.  Perencanaan jalan pendekat dan oprit harus mengacu kepada
a. Standar perencanaan jalan pendekat jembatan (Pd T-11-2003)
b. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No.038/T/BM/1997
c. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metoda Analisa Komponen SNI 1732-1989-F
3.  Untuk perhitungan atau analisa harga satuan pekerjaan mengikuti ketentuan
a. Panduan Analisa Harga Satuan, No. 028/T/Bm/1995, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum



3. Bagian-bagian dari konstruksi jembatan



1. Bangunan atas
Sesuai dengan istilahnya berada pada atas suatu jembatan yang berfungsi menerima beban yang di timbulkan oleh lalu-lintas, orang, kendaraan dan kemudian menyalurkannya pada bangunan bawah.

2. Landasan
Landasan adalah bagian pada ujung-ujung bawah dari suatu bangunan atas yang berfungsi meneruskan gaya dari bangunan atas ke bangunan bawah dan juga sebagai tumpuan bangunan atas yang terletak di atas bangunan bawah.

3. Bangunan Bawah
Bangunan bawah pada umumnya terletak di bagian bawah bangunan atas. Fungsinya menerima / memikul beban-beban yang di berikan bangunan atas dan kemudian menyalurkannya ke pondasi.
Yang termasuk bangunan bawah adalah :
a) Pilar (pier)
b) Abutment (Kepala jembatan)
c) Pondasi
Beban-beban tersebut selanjutnya oleh pondasi di salurkan ke tanah.

4. Pondasi
Berfungsi menerima beban-beban dari bangunan bawah dan menyalurkannya ke tanah. Secara umum pondasi dapat dibagi menjadi dua :
a) Pondasi dangkal atau pondasi langsung (Shallow Foundations)
b) Pondasi dalam atau pondasi tak langsung (Deep Foundations)
Dan jembatan mempunyai tiga bagian utama yaitu :
a) Bangunan atas (superstructure)
b) Bangunan bawah (substructure)
c) Pondasi

5. Oprit jembatan
Oprit jembatan berupa timbunan tanah dibelakang abutment. Timbunan tanah ini harus dibuat sepadat mungkin untuk menghindari terjadinya penurunan (settlement). Fungsinya sebagai jalan masuk ke jembatan dan merupakan lintasan penghubung antara jalan raya dengan jembatan.

6. Bangunan pengaman
Berfungsi sebagai pengaman terhadap pengaruh air yang bersangkutan baik secara langsung maupun tak langsung.

4. Bentuk-bentuk jembatan
1. Jembatan pasangan batu dan batu bata

Jembatan pasangan batu dan bata merupakan jembatan yang konstruksi utamanya terbuat dari batu dan bata. Untuk membuat jembatan dengan  batu dan bata umumnya konstruksi jembatan harus dibuat melengkung. Seiring perkembangan jaman jembatan ini sudah tidak digunakan lagi.

2. Jembatan beton bertulang dan jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge)


Jembatan dengan beton bertulang pada umumnya hanya digunakan untuk bentang jembatan yang pendek. Untuk bentang yang panjang seiring dengan perkembangan jaman ditemukan beton prategang. Dengan beton prategang bentang jembatan yang panjang dapat dibuat dengan mudah.


3.  Jembatan lengkung (arch bridge)


Pelengkung adalah bentuk struktur non linier yang mempunyai kemampuan sangat tinggi terhadap respon momen lengkung. Yang membedakan bentuk pelengkung dengan bentuk – bentuk lainnya adalah bahwa kedua perletakan ujungnya berupa sendi sehingga pada perletakan tidak diijinkan adanya pergerakan kearah horisontal. Bentuk Jembatan lengkung hanya bisa dipakai apabila tanah pendukung kuat dan stabil. Jembatan tipe lengkung lebih efisien digunakan untuk jembatan dengan panjang bentang 100 – 300 meter.

4. Jembatan gelagar (beam bridge)
Jembatan bentuk gelagar terdiri lebih dari satu gelagar tunggal yang terbuat dari beton, baja atau beton prategang. Jembatan jenis ini dirangkai dengan menggunakan diafragma, dan umumnya menyatu secara kaku dengan pelat yang merupakan lantai lalu lintas. Jembatan ini digunakan untuk variasi panjang bentang 5 – 40 meter.


5. Jembatan cable-stayed
Jembatan cable-stayed menggunakan kabel sebagai elemen pemikul lantai lalu lintas. Pada cable-stayedkabel langsung ditumpu oleh tower. Jembatan cable-stayed merupakan gelagar menerus dengan tower satu atau lebih yang terpasang diatas pilar – pilar jembatan ditengah bentang. Jembatan cable-stayed memiliki titik pusat massa yang relatif rendah posisinya sehingga jembatan tipe ini sangat baik digunakan pada daerah dengan resiko gempa dan digunakan untuk variasi panjang bentang 100 - 600 meter.


6. Jembatan gantung (suspension bridge)
Sistem struktur dasar jembatan gantung berupa kabel utama (main cable) yang memikul kabel gantung (suspension bridge). Lantai lalu lintas jembatan biasanya tidak terhubungkan langsung dengan pilar, karena prinsip pemikulan gelagar terletak pada kabel.
Apabila terjadi beban angin dengan intensitas tinggi jembatan dapat ditutup dan arus lalu lintas dihentikan. Hal ini untuk mencegah sulitnya mengemudi kendaraan dalam goyangan yang tinggi. Pemasangan gelagar jembatan gantung dilaksanakan setelah sistem kabel terpasang, dan kabel sekaligus merupakan bagian dari struktur launching jembatan. Jembatan ini umumnya digunakan untuk panjang bentang sampai 1400 meter.

5. Beban-beban yang bekerja dalam perencanaan struktur jembatan
            1. Beban primer Beban primer terdiri dari:
                 a) Beban Mati
b) Beban Hidup yang dikenal dengan muatan – D untuk gelagar dan muatan – T untuk lantai kendaraan
c) Beban Kejut untuk faktor pengali muatan garis – P
d) Gaya akibat tekanan tanah

2. Beban sekunder Bekan sekunder yang direncanakan adalah sebagai berikut:
     a) Beban Angin
     b) Beban akibat perubahan suhu
     c) Beban rem dan traksi
     d) Beban akibat muai dan susut
     e) Beban akibat gaya gesekan pada tumpuan bergerak
     f) Beban gempa bumi (disesuaikan dengan Petunjuk Perencanaan Tahan Gempa untuk Jembatan Jalan Raya 1986)

3. Beban khusus Beban khusus yang direncanakan adalah :
     a) Beban akibat tabrakan benda hanyut di sungai
     b) Beban gaya sentrifugal kendaraan di tikungan
     c) Gaya Tumbukan kendaraan pada pilar jembatan
     d) Gaya dan beban selama pelaksanaan konstruksi
     e) Gaya lainnya, seperti gaya angkat

sumber :

MUNA FITRI NABILAH 
3TA03
15316166
I KADEK BAGUS WIDANA PUTRA